Tradisi Mlaku Bareng di Desa Sugihmanik

mlaku bareng di sebuah jembatan yang menjadi salah satu tempat favorit
Sumber :
  • U-Report

VIVAnews - Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat Islam dan juga bulan yang selalu memiliki banyak keunikan. Begitu pula dengan hal-hal istimewa dan unik yang kerap mewarnai bulan ini.

Kendarai Sepeda Motor Baru, Pelajar SMA di Brebes Terlindas Truk 

Untuk menyambut kedatangan bulan suci ini berbagai tempat mempunyai tradisi lokal yang beraneka ragam dalam penyambutannya seperti tradisi Nyadran, Resik Sendang, Keramas Bareng, sampai Ambengan.

Di saat Ramadan, tradisi bagi bubur maupun menyiapkan kolak untuk berbuka menjadi keunikan tersendiri yang hanya bisa ditemui di bulan penuh berkah ini. Namun, di Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, ketika Ramadan tiba, ada tradisi Mlaku Bareng yang sangat menarik dan khas dari desa tersebut.

5 Minuman Herbal Penjaga Kolesterol Tetap Terkendali

Tradisi Mlaku Bareng merupakan kebiasaan unik yang lumrah bagi warga Sugihmanik dan desa-desa sekitarnya, yakni jalan beramai-ramai di jalan raya yang dilakukan di pagi hari. Tidak ada yang tahu dari mana dan sejak kapan kebiasaan ini bermula, tapi jalan bareng ini lazim dilakukan dari anak-anak hingga orang dewasa.

Tradisi ini biasa dilakukan setelah salat subuh. Para penduduk biasanya memulai aktivitas dengan makan sahur seiring dilantunkannya ajakan sahur yang menggema dari masjid. Lampu-lampu di tiap rumah mulai menyala, makan sahur pun dimulai bersama keluarga.

5 Promo Hari Kartini, Ada Minyak Goreng 2 Liter Cuma Rp30 Ribuan

Usai makan sahur para penduduk memanfaatkan Ramadan dengan sebaik-baiknya, yaitu mengisinya dengan salat tahajud, tadarus, dan sebagainya. Majelis taklim, pengajian ibu-ibu, dan kegiatan "ngaji kitab kuning" selama Ramadan menjadi media dakwah yang dikembangkan oleh para tokoh agama, sehingga semua mendorong warga untuk tidak menyia-nyiakan waktu Ramadan.

Setelah salat subuh dan zikir selesai, sebagian jamaah pulang dan sebagian yang lain ada yang bertadarus, mengikuti kultum dan kegiatan keagamaan lainnya. Sementara itu, anak-anak, remaja, dan dewasa tampak berhamburan melakukan tradisi Mlaku Bareng.

Tradisi ini dilakukan sampai ke jalan raya perbatasan desa. Orang-orang dari berbagai komunitas dan desa mulai dari anak-anak hingga dewasa berkumpul atau tumplek blek (dalam bahasa Jawa) di jalan raya.

Selain di sepanjang jalan raya, beberapa orang punya tujuan sendiri untuk dikunjungi, misalnya ke embung (waduk kecil), jembatan, irigasi, serta tempat-tempat yang dikira bagus oleh mereka.

Hal yang tak pernah ketinggalan atau kurang pas rasanya kalau dilupakan di saat melakukan Mlaku Bareng, terutama bagi anak-anak ialah petasan. Di sepanjang jalan, mereka menyulut petasan, sehingga jalanan tampak gaduh dan banyak kertas mercon. Sering kali warga akan bertemu dan bertegur sapa dengan teman sekolah baik yang satu desa maupun dari desa lain.

Hal yang paling menyenangkan dari tradisi ini adalah warga bisa merasakan udara dan suasana waktu pagi serta menikmati keindahan pematang di pagi hari dan keindahan langit menjelang Matahari terbit. Tradisi Mlaku Bareng akan sangat ramai saat awal Ramadan, hari minggu, dan liburan menjelang hari raya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya