Konferensi Internasional PR Muslim

London School Of Public Relation
Sumber :
  • London School

VIVAnews - Delegasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School of Public Relations (Stikom LSPR), yang dipimpin oleh Direktur Stikom LSPR dan Ketua Umum Perhumas, Prita Kemal Gani MBA, MCIPR, IPR, menghadiri “Kongres Praktisi PR Muslim Sedunia” (Global Congress for Moslem Public Relations Practitioners) yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 4-8 Desember 2011. Prita didampingi oleh dosen senior Stikom LSPR Nico Wattimena, MA, PhD, MCIPR, serta sejumlah mahasiswa Stikom LSPR.

Istana Tegaskan Jokowi Tidak Ada Agenda Kunjungan Kerja ke Surabaya

Konferensi internasional bertema “Praktik PR di Negara-negara Islam, Tren Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Mendatang” diselenggarakan oleh International Islamic University of Malaysia dan Kargozar Public Relations Institute Teheran (Iran) serta didukung Federation of ASEAN Public Relations Organizations. Berlangsung 15-17 Desember 2011 dan menghadirkan 17 pembicara dari 17 negara. Pembukaan konferensi dilakukan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdullah Ahmad Badawi.

Dalam pidato pembukaannya, Pak Lah (panggilan Abdullah Ahmad Badawi) mengatakan, saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk menampilkan potensi masyarakat Muslim dengan memberikan kontribusi bagi peradaban manusia. 

Strategi Perumnas Gandeng Telkomsel Sasar Pasar Hunian bagi Milenial dan Gen-Z

“Kita dapat menunjukkan bahwa warisan Islam untuk kemajuan umat manusia tidak hanya terhenti pada masa keemasan berabad-abad lalu, tetapi terus memberikan kontribusinya hingga saat ini,” ujarnya. 

Pak Lah mengatakan, dengan sumber daya yang dimiliki, para praktisi PR Muslim harus berperan aktif dalam merancang dan melaksanakan kampanye yang efektif untuk menunjukkan citra positif terhadap Islam. Penggunaan perangkat telekomunikasi terbaru juga harus dilakukan untuk menyiarkan berita-berita positif tentang Islam.

Ajang JDM Funday Mandalika 2024 Bukan Sekadar Balapan Mobil Jepang

Sementara itu, Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Internasional Malaysia, Datuk Mukhriz Mahathir, mendesak para praktisi PR Muslim untuk memainkan peranan dalam memperbaiki kesalahpahaman atau persepsi yang keliru terhadap Islam. Dia juga meminta praktisi PR Muslim untuk terus-menerus membantah informasi yang memberikan gambaran yang salah tentang Islam.

“Prasangka, rasisme, Islamophobia merupakan ekspresi nyata yang tidak akan mudah hilang. PR yang efektif merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan kebenaran yang nyata,” katanya. 

Prita Kemal Gani pada koferensi tersebut menyampaikan presentasi mengenai organisasi dan tren PR ditinjau dari perspektif Islam di Indonesia. Kemudian, sebagai ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Prita menandatangani naskah kerja sama antara Perhumas dan Institute of Public Relations Malaysia (IPRM) di bidang pengembangan kegiatan PR di kedua negara.

Dosen senior Stikom LSPR, Nico Wattimena MA, Phd, tampil sebagai pembicara berikutnya yang mewakili Indonesia pada konferensi tersebut. Presentasi Nico berjudul “Public Relations Ethics in An Islamic Framework Considered from A Contemporary Indonesian Perspective”.

Nico menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia dan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia telah memiliki sejarah panjang dan kaya dalam penerapan praktik-praktik Islam di segala bidang kehidupan. Hal tersebut dimulai dengan kedatangan para pedagang dan guru Muslim yang memperkenalkan agama Islam untuk pertama kali di Indonesia sekitar abad ke-12.

Penyebaran agama Islam yang dipadukan dengan budaya setempat kemudian dilakukan di Jawa, melalui sembilan tokoh agama yang terkenal dengan sebutan Wali Songo. Merekalah yang menerapkan ajaran-ajaran Islam, sehingga dapat diterima oleh budaya setempat. Dari Jawa, Islam kemudian menyebar ke berbagai tempat di Nusantara yang memiliki sekitar 300 kelompok etnis. Saat ini, sekitar 90 persen dari total penduduk Indonesia adalah beragama Islam.

Sebagai negara dengan beragam etnik, agama dan budaya, Indonesia disatukan oleh ideologi negara yaitu Pancasila. Sebagai alat pemersatu bangsa dalam melawan penjajahan, Pancasila juga sesuai dengan nilai-nilai dasar Islam, yang menjadi pertimbangan utama pada saat menentukan falsafah negara.

Etika dan ikatan kepercayaan yang terkandung dalam Pancasila itu secara historis telah mengatur perilaku umat Islam di Indonesia. Termasuk pula dalam praktik-praktik kehumasan atau PR, seperti yang telah ditampilkan oleh tokoh-tokoh besar Islam di Indonesia seperti Muhammad Hatta, Buya Hamka, dan Abdurrahman Wahid.

Nah, bagaimana seharusnya praktisi PR Muslim di Indonesia memandang masalah etika dalam pemikiran maupun perbuatannya?

Nico menyitir sebuah hadist Nabi Muhammad SAW tentang ciri-ciri manusia yang munafik. Intinya hadist itu menyatakan orang munafik adalah yang berkhianat ketika dipercaya, berbohong ketika bicara, ingkar ketika berjanji, dan jahat ketika bertindak. Berdasarkan hadist Rasullullah tersebut, ada dua hal penting yang disampaikan Nico agar seorang praktisi PR Muslim dapat melakukan tugasnya dengan benar.

Pertama, selalu bijaksana dalam bertindak. Pesan kunci yang harus disampaikan oleh seorang PR Muslim hendaknya tidak menyakiti perasaan orang lain. Mempertimbangkan perasaan dan keyakinan orang lain sangat penting untuk menghindari konfrontasi dan konflik dalam hubungan antar manusia, seperti yang diajarkan oleh Rasullullah SAW.

Kedua, perlunya kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan budaya dengan menjangkau kelompok budaya, etnis, dan agama yang berbeda. Hal ini berarti seorang praktisi PR Muslim haruslah menyesuaikan pesan untuk kalangan-kalangan tertentu, berdasarkan saling menghormati dan saling percaya.

Pembentukan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan relevansinya dengan ajaran-ajaran Islam, serta peningkatan pemahaman akan pentingnya PR, didorong begitu rupa oleh perkembangan teknologi informasi.  Meski begitu, penerapan prinsip-prinsip dasar Islam oleh seorang praktisi PR Muslim tetap jelas.

“Sebagai praktisi PR, kita akan menghadapi tantangan serius terhadap berkurangnya kejujuran, etika, dan integritas. Namun, sebagai Muslim kita selalu dilindungi dan dibimbing oleh agama kita. Selama kita mematuhi apa yang diajarkan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, kita akan selalu mendapatkan keselamatan, keamanan, dan kepastian dalam setiap tindakan dan keputusan kita,” ujar Dr. Nico.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya