Berita dari Pembaca

Kemeriahan Imlek di Pontianak

VIVAnews - Imlek di kotaku,Pontianak, sejak tahun 2000-an terasa begitu istimewa, terutama sejak era pemerintahan Presiden Gus Dur yang membolehkan segala perayaan dan pertunjukan budaya masyarakat Tionghwa yang pernah dilarang pada era Orde Baru.

Sopir Bus yang Ajak Makan 30 Penumpang di Rumah Mertuanya saat Lebaran dapat Rp100 Juta

Boleh dikatakan aku lebih menantikan Imlek ketimbang perayaan Tahun Baru Masehi. Karena semenjak kecil, Tahun Baru Masehi tak begitu berarti bagiku, tapi Imlek terasa istimewa. Karena biasanya kawan-kawan bapakku dari kalangan Tionghwa selalu membagikan kue keranjang ke rumahku.

Sejak kecil kue keranjang yang kenyal-kenyal begitu akrab di lidah kami sekeluarga. Mulai dari Alm. Pak Apai, Bang Akong, Bang Fendy, anaknya Pak Apai, juga Pak Uning Asin. Kami sekeluarga memberinya gelar Pak Uning, sebutan khas Melayu untuk seseorang setara Paman yang kebetulan berkulit kuning.

Ada Apa di Kota Isfahan Iran yang Baru Saja Diserang Israel?

Tapi Pak Uning Asin adalah orang Tionghoa yang kebetulan ayahnya dulu tinggal bersama kakekku, dan sekarang bertetangga dengan pamanku di kampung, akan memberi kami kue keranjang.

Selain kue keranjang. Imlek berkesan bagiku, karena ketika aku di Pontianak atau Khuntien,orang Tionghoa Pontianak menyebut Pontianak dengan Khuntien, Imlek memang dirayakan sangat meriah.

Ngeri Peringatan Terbaru Iran kepada Israel, Mulai Sebut Nuklir

Kemeriahan Imlek mengalahkan Tahun Baru Masehi. Sejak malam menjelang Imlek sampai subuh hari, langit Pontianak pasti diterangi dengan cahaya kembang api yang saling bergantian dan seakan tak berhenti.

Pesta kembang api ini terutama terkonsentrasi di kawasan pasar Jalan Gajah Mada dan Tanjungpura, serta di beberapa komplek kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa. Dipastikan Jalan Gajah Mada akan macet total, karena masyarakat Pontianak akan tumpah ruah menyaksikan pesta kembang api tahunan ini.

Maklum kawasan Gajah Mada sedari dulu memang dikenal sebagai Pecinan Pontianak. Pontianak sendiri secara demografis dihuni penduduk keturunan Tionghoa yang ramai, bahkan boleh dikatakan mayoritas, karena hampir 33 persen penduduk Pontianak adalah Tionghoa, jadi segala yang berbau Tionghoa di Pontianak begitu kentara. Perayaan seperti Imlek, Cap Go Meh, Sembahyang Kubur, dan sebagainya akan ramai.

Apalagi memang di Kalimantan Barat secara umum, masyarakat Tionghoa termasuk masyarakat yang sudah menetap berabad-abad, sejak era demam emas pada masa kesultanan dulu.

Sejarah panjang mereka ini hadir karena bekerja dan dipekerjakan untuk menambang emas, kemudian membentuk kongsi-kongsi tambang dan dagang, bahkan sempat membentuk Republik, yakni Republik Lanfang di Monterado yang berakhir ketika ditaklukkan oleh Belanda.

Karena itu tidak heran, kemeriahan Imlek terasa lebih, terutama di dua kota besar yakni Pontianak dan Singkawang. Singkawang sendiri bahkan dijuluki Kota Amoy atau kota seribu Kelenteng, karena sekitar 60 persen penduduknya adalah masyarakat Tionghoa. Kelenteng bertebaran sepanjang Kota Singkawang, dan  menbuat Singkawang ini indah.

Boleh aku promosikan bahwa untuk Kalimantan Barat, Singkawang adalah kota yang tercantik. Terletak di pesisir, banyak pantai yang indah, muara sungai, dikelilingi gunung, budayanya unik, dan tata kotanya rapi, karakteristik Tionghoanya kental sekali. Walikotanya sekarang juga Tionghoa.

Selain pesta kembang api dengan segala pernak-pernik Imlek, yang juga paling ditunggu-tunggu adalah Cap Go Meh, yang hanya sekitar berselang sekitar dua minggu setelah Imlek.

Sejak tahun 2000-an juga, Cap Go Meh menjadi perayaan seru. Berterima kasih aku pada Gus Dur, karena membolehkan perayaan dan pertunjukkan budaya Tionghoa. Barongsai dan Liong Naga akan turun ke jalanan dan lapangan.

Semua Sanggar dan Perkumpulan di Kalimantan Barat, terutama Pontianak, Pinyuh dan Singkawang banyak Sanggar dan Perkumpulan Marga/Shiang, akan berlomba berkreasi menurunkan Barongsai dan Liong yang cantik-cantik dan atraktif.

Barongsai akan mempertunjukkan kelincahan atraksinya dan Liong akan mempertontonkan liukan tariannya. Malah tahun 2007 lalu Liong Pontianak termasuk yang terpanjang di Asia Tenggara lho, mencapai 520 meter.

Selain Barongsai dan Liong, maka yang juga tak kalah seru tapi menegangkan atau mungkin akan membuat bergidik adalah Tatung. Tatung adalah semacam Dukun atau Lauya (Tionghoa) yang memiliki kekuatan gaib karena dirasuki oleh para roh leluhur, dewa atau panglima-panglima.

Sehingga mereka menjadi kebal senjata tajam, berani melakukan tindakan-tindakan di luar nalar, dan pada Cap Go Meh, mereka akan tumpah ruah di jalanan, terutama di Pontianak dan Singkawang, untuk berparade.

Bagi yang lemah ‘semangat’ maka jangan menontonnya. Karena mereka akan diarak keliling, mempertontonkan atraksi mereka yang memukau dan ngeri…!

Mereka akan duduk, menginjak, ditusuk dengan segala senjata tajam seperti pedang, tombak, golok, mandau, besi runcing, juga makan ayam mentah dan seterusnya. Uniknya lagi biasanya mereka akan berpakaian tradisional ala Dewa-Dewi, Panglima Perang, dan sebagainya.

Seru kan? Makanya, jalan-jalanlah ke Kalimantan Barat saat Imlek begini. Tapi jangan kesal jika ternyata harga tiket pesawat terbang melambung tinggi atau tak kebagian tiket, sebab dapat dipastikan semua penerbangan akan penuh.

Karena sebagaimana tradisi mudik Lebaran, maka jelang dan pasca Imlek, masyarakat Tionghoa asal Kalimantan Barat akan kembali ke kampungnya buat merayakan Imlek dan Cap Go Meh bersama keluarga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya